Buka Perlombaan, Lorulun Angkat Budaya Semarakkan HUT RI ke-80

August 7, 2025
GridArt_20250807_091802909

Lorulun, mediatifatanimbar.id – Menyambut 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Desa Lorulun, Tanimbar, meluncurkan gerakan budaya monumental: menghidupkan kembali Tali Hadang dan Badendang Pantun, warisan leluhur yang nyaris punah, dikelas dalam perlombaan tingkat RT.

Sebanyak 460 peserta berpartisipasi dari total 10 RT. Giat lomba dilaksanakan di  Perempatan Jalan Yohanes Toebing, mengubah kawasan depan Gereja menjadi panggung kebangkitan tradisi.  

Darurat Budaya: Dari Ambang Kepunahan ke Panggung Kemerdekaan 

Budi Londar, PJ Kepala Desa Lorulun, dalam sambutannya menegaskan urgensi acara yang dibuka Rabu (6/8/2025).

“Tali Hadang dan Badendang terakhir hidup di era 90-an. Tahun 2000-an, sudah sangat jarang dimainkan. Ini upaya penyelamatan!,” ungkapnya.

Dua permainan ini dipilih bukan hanya sebagai nostalgia, melainkan simbol ketahanan budaya. 

Tali Hadang, permainan strategi fisik mengasa taktik dan strategi, mencerminkan semangat mendobrak. dan mempertahankan wilayah.  

Badendang Pantun, Seni berbalas pantun sambil berdendang dan bernyanyi yang memperkuat kohesi sosial.  

“Dalam Tali Hadang, ada dua regu: penyerang dan penjaga. Mereka berjuang mempertahankan wilayahnya, persis seperti pejuang kemerdekaan dulu,” papar Yakobus Londar tokoh masyarakat setempat.  

Eforia Warga: Harapan Generasi Muda

Warga desa Lorulun menyambut baik giat ini, dan ikut menyampaikan berbagai ungkapan yang menyentuh hati.

“30 tahun lebih saya tak main ini! Selain mengenang masa muda, ini jadi olahraga bagi kami generasi ‘now’ yang kurang gerak,” ujar Vera, salah seorang warga. 

Veronika Atjas, “Saya menangis bahagia, merasa kembali jadi anak-anak!”

Agustina Oratmangun pun tak ketinggalan menyampaikan harapannya. “Harapan saya, generasi muda tak malu mengembangkan warisan ini!.”

Strategi Jangka Panjang Pariwisata Budaya

Budi Londar mengungkap visi besar di balik acara ini. 

“Desa Wisata Adat fokus pada Rumah Adat Lorulun dan Gunung Botak (situs leluhur). Sedangkan wisata bahari kembangkan Pulau Dua (Nusmes & Lampreye) sebagai destinasi pantai/mangrove,” ungkap Pj Kades.

Bagiannya, hal ini juga sebagai solusi peningkatan PAD.

“Wisata budaya dapat menjadi solusi peningkatan Pendapatan Asali Desa dengan melibatkan Karang Taruna,” tegasnya.  

“Kami akan kaji secara yuridis untuk memasukkan pelestarian budaya ke Peraturan Desa (Perdes). Nantinya akan ada sanggar budaya tetap, bukan hanya untuk Agustusan!” tambahnya.  

Filter Budaya di Tengah Arus Modernisasi  

Yakobus Londar menekankan filosofi mendalam. “Ini adalah benteng bagi generasi muda. Mereka perlu jadi filter di tengah gempuran teknologi dan modernisasi, tanpa kehilangan jati diri sebagai pewaris budaya.”

Festival ini juga menjadi ajang revitalisasi kesenian lain seperti Angkosi, Lilike, Tnabar Ilaa, dan Dodobol yang akan digali untuk memperkaya wisata.  

(TT-10)

RELATED POSTS

error: Content is protected !! Call : PT. MediaTifa Tanimbar
Hubungi Kami ?