Wunlah, mediatifatanimbar.id – Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kecamatan Wuarlabobar, Selasa (17/8/2025), menyisakan kekecewaan mendalam.
Para tokoh yang pernah berjuang mewujudkan pemekaran Kecamatan Wuarlabobar tidak diundang dan merasa diabaikan oleh pemerintah kecamatan setempat.
JW, salah satu tokoh masyarakat sekaligus mantan anggota DPRD Kabupaten Maluku Tenggara Barat (sekarang Kabupaten Kepulauan Tanimbar), menyesalkan sikap pemerintah kecamatan yang tidak menghargai jasa para pejuang pemekaran.
Ia menegaskan, perjuangan pembentukan Kecamatan Wuarlabobar bukanlah hal mudah, karena harus berhadapan dengan tetua adat maupun anggota DPRD dari wilayah lain yang menolak pemekaran tersebut.
“Saya pasang dada untuk memperjuangkan kecamatan ini. Saya berhadapan dengan empat serangkai yang vokal di DPRD, tapi saya tidak takut. Sekarang setelah kecamatan ini terbentuk, justru pemerintah kecamatan melupakan kami, bahkan pada upacara 17 Agustus kemarin,” kata JW di Wunlah, (19/8/2025).
JW juga menilai, dibandingkan para camat sebelumnya yang selalu memberikan penghargaan kepada para pejuang pemekaran, kepemimpinan camat saat ini justru menyepelekan mereka.
Ia bahkan menduga pemerintah kecamatan menganggap para pejuang sebagai tidak penting, sehingga undangan pun tidak diberikan.
“Dulu camat-camat sebelumnya selalu undang kami. Tapi yang sekarang ini, kami dianggap sampah. Katanya kertas di kantor habis, jadi tidak ada undangan untuk kami,” kritiknya.
Ia mencontohkan upacara HUT RI di Jakarta yang selalu memberi tempat terhormat kepada para pejuang bangsa. Karena itu, ia mengingatkan agar pemerintah kecamatan tidak melupakan sejarah.
“Coba lihat upacara 17 Agustus di Jakarta, orang-orang yang berjuang diberikan tempat khusus. Jangan sampai sejarah dilupakan, nanti dampaknya buruk,” tegas JW.
Lebih lanjut, JW menekankan pentingnya evaluasi internal pemerintah kecamatan agar kegiatan sakral seperti HUT RI dapat dipersiapkan dengan baik dan tidak dilaksanakan secara sembrono.
Ia juga berharap perayaan kemerdekaan tidak hanya dipusatkan di satu desa, tetapi juga bergilir di desa-desa lain.
“Camat harus siapkan aparatur yang bertanggung jawab. Jangan hanya perhatikan desa tertentu saja. Ke depan, perayaan harus lebih teratur, merata, dan menghargai semua pihak, terutama mereka yang telah berjuang membangun kecamatan ini,” pungkasnya.
(TT-09)