Lorulun, mediatifatanimbar.id – Desa Lorulun, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, menggalang strategi jitu untuk bangkitkan ekonomi dan jaga identitas budaya.
Pemerintah desa, didukung penuh warga dan karang taruna, sedang menyiapkan dua destinasi unggulan: Wisata Adat berbasis Rumah Adat dan Gunung Botak serta Wisata Bahari di Pulau Dua (Nusmes dan Lampreye).
Program ini disampaikan langsung Budi Londar, Penjabat Kepala Desa Lorulun disela-sela pembukaan perlombaan menyongsong HUT RI ke 80 di Desa Lorulun, Rabu (6/8/2025).
“Ini solusi konkret untuk meningkatkan PADes yang selama ini sangat minim. Dua lokus ini jadi andalan baru,” tegas Budi Londar dalam paparan rencananya.
Sebelum wisata beroperasi penuh, Lorulun fokus pada penguatan akar budaya seperti sanggar seni tradisional (Angkosi, Lilike, Tnabar, Tari Dodobol) yang akan dibentuk, permainan rakyat yang kerap dilombakan akan dikaji untuk dimasukkan dalam Peraturan Desa (Perdes).
“Ini bukan sekedar atraksi wisata, tapi benteng pertahanan moral generasi muda menghadapi modernisasi. Mereka harus tetap jadi pewaris budaya sejati,” ujar Londar.
Karang taruna ditunjuk sebagai motor penggerak. Mereka akan terlibat langsung dalam perencanaan pengembangan destinasi, pengelolaan sanggar budaya, dan pelestarian permainan tradisional.
“Dengan payung hukum Perdes, setiap even di tingkat desa hingga kabupaten akan kita tampilkan tradisi kita. Ini cara membuat adat istiadat tak pernah punah,” tegas Londar.
Langkah strategis ini dirancang berjenjang mulai dari pemulihan kesenian dan permainan tradisional, pembentukan badan pengelola wisata, pengajuan Perdes perlindungan budaya dan peluncuran paket wisata terpadu adat-bahari.
“Gunung Botak dan Rumah Adat adalah jiwa desa kami. Pulau Dua adalah mahkotanya. Semua akan bersinergi membawa Lorulun mandiri secara ekonomi dan teguh secara budaya,” pungkas Londar.
Masyarakat menyambut antusias rencana ini.
“Kami siap mengangkat kembali berbagai warisan budaya yang nyaris punah. Ini kebangkitan dan harga diri kami orang Tanimbar,” kata Tini (33) warga Lorulun.
Dengan dual strategi ekonomi-kebudayaan ini, Lorulun tak hanya mengejar pemasukan desa, tapi juga memastikan anak cucu tetap mengenal jati diri sebagai pewaris budaya leluhur.
(TT-10)