Saumlaki, mediatifatanimbar.id – Di usia 11 tahun, Mikhaela Agustina Anvie Titirloloby mengharumkan nama Maluku di ajang Miss Bintang Indonesia Kids 2025, membawa pulang tiga gelar sekaligus dan mengusung misi mulia untuk melindungi anak dan perempuan dari kekerasan.
Sorot lampu panggung Grand Final Miss Bintang Indonesia Kids 2025 di Jakarta memantulkan kilau kostum Anggrek Lelemuku yang anggun. Di balik kostum itu, berdiri seorang gadis mungil dari Timika, Papua Tengah, yang darahnya mengalirkan semangat Tanimbar dan Kei. Dialah Mikhaela Agustina Anvie Titirloloby, 11 tahun, wakil Provinsi Maluku yang berhasil meraih tiga gelar bergengsi sekaligus: Third Runner-Up, Miss Favorite, dan Best National Costume. Namun, bagi Anvie, keberhasilan ini bukan sekedar mahkota, melainkan langkah awal untuk misi besar membela anak dan perempuan.
Jakarta sore itu (8/8/2025) berpendar oleh cahaya lampu panggung. Denting musik mengiringi langkah-langkah mungil namun penuh percaya diri para finalis Miss Bintang Indonesia Kids 2025. Di antara mereka, berdiri tegak seorang gadis berusia 11 tahun, Mikhaela Agustina Anvie Titirloloby, putri berdarah Tanimbar dari ayahnya dan Kei dari ibunya. Senyumnya memancarkan semangat Maluku dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Dari kejauhan, ibunya, Maria Novita Lesomar, menatap dengan mata berkaca-kaca. “Ini adalah momen yang kami tidak akan lupakan seumur hidup,” ucapnya kemudian meminta penulis menonton video pelaksanaan kegiatan yang disiarkan melalui kanal media sosial milik panitia penyelenggara.
“Anvie berdiri di panggung itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk seluruh masyarakat Maluku.” kata Maria Novita.
Perjalanan Anvie menuju panggung nasional tidaklah mudah. Meskipun kini ia berdomisili di Timika, Papua Tengah, darah dan jiwanya tetap tertaut pada tanah Maluku.
“Saya merasa Tuhan dan leluhur mengizinkan saya membawa nama Maluku ke tingkat nasional,” tutur Anvie, mengingat hari-hari awal ia dinyatakan lolos mewakili provinsinya.
Sejak awal masa karantina di Jakarta, Anvie sudah bersiap menempuh rangkaian penilaian yang ketat. Ada sportwear competition, speech competition, evening gown, Lusantara traditional costume, kebaya show, dan berbagai kategori lainnya. Setiap hari adalah ujian baru, baik dari segi keterampilan, sikap, maupun mental.
Maria bercerita, setiap kali Anvie pulang dari sesi latihan atau penilaian, ada dua hal yang selalu ia tanyakan. “Pertama, apakah Anvie sudah tampil maksimal? Kedua, apakah Anvie sudah membuat Maluku bangga?” katanya sambil tersenyum. Jawaban anaknya selalu sama: “Iya, Mama. Anvie sudah lakukan yang terbaik.”
Puncak dari perjuangan itu tiba di malam grand final. Di hadapan para juri dan penonton, Anvie yang sebelumnya tampil memukau dengan kostum Anggrek Lelemuku, bunga ikonik dari Kepulauan Tanimbar. Kostum itu membuatnya meraih penghargaan Best National Costume. “Saya bangga sekali, karena Anggrek Lelemuku itu bukan sekedar pakaian, tetapi simbol keindahan Maluku,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, dukungan masyarakat Maluku dari berbagai penjuru membuat Anvie meraih gelar Miss Favorite melalui voting tertinggi. “Terima kasih untuk semua yang sudah mengirimkan voting, doa, dan dukungan. Nilainya sampai belasan juta rupiah,” ucap Maria dengan suara bergetar.
Di malam itu juga, dewan juri mengumumkan bahwa Anvie masuk lima besar dan berhasil menjadi Third Runner-Up. “Saya menjawab pertanyaan juri dengan lancar,” kata Anvie bangga. “Semua bisa disaksikan juga di YouTube Yayasan Miss Bintang.” tambahnya.
Bagi Maria, kemenangan ini adalah bukti bahwa kerja keras dan dukungan komunitas bisa membawa perubahan. “Anvie membawa pulang tiga selempang. Itu adalah kebanggaan besar bagi kami, apalagi untuk Maluku,” katanya.
Namun bagi Anvie, mahkota dan selempang hanyalah awal dari misi yang lebih besar. Sejak awal mengikuti kompetisi, ia mengusung advokasi tentang kekerasan terhadap anak dan perempuan. “Saya ingin anak-anak dan perempuan korban kekerasan berani melapor dan melawan,” tegasnya.
Setelah kembali ke Papua, Anvie berencana bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait di Papua dan Maluku untuk terlibat langsung dalam penanganan kasus-kasus tersebut. “Ini bukan sekedar slogan di panggung. Saya mau melakukan aksi nyata,” tambahnya.
Sebagai Miss Bintang Indonesia Kids Maluku 2025, Anvie akan mengemban tugas selama satu tahun. Jika ada undangan dari pemerintah daerah, komunitas, atau lembaga di Maluku, ia siap hadir. “Ini bagian dari tanggung jawab saya sebagai wakil Maluku,” ujarnya.
Maria menegaskan bahwa mereka tidak akan berhenti di sini. “Masih banyak ajang nasional dan internasional yang akan Anvie ikuti. Kami mohon doa dan dukungan dari semua masyarakat Maluku,” katanya.
Di balik semua itu, Maria juga mengingatkan pentingnya peran media sosial. “Ikuti Instagram dan Facebook Anvie, supaya semua orang tahu kegiatannya. Dukungan moral itu penting untuk menjaga semangatnya.”
Bagi Anvie, perjalanan ini adalah pembuktian bahwa usia muda bukanlah halangan untuk berdampak. “Kalau kita punya mimpi, kerja keras, dan dukungan orang-orang baik, kita bisa mencapainya,” ujarnya mantap.
Kini, ketika sorot lampu panggung telah meredup dan selempang disimpan rapi, semangat Anvie tetap menyala. Ia tahu bahwa langkah berikutnya akan lebih menantang, tetapi dengan doa, dukungan, dan restu leluhur, ia siap melangkah lebih jauh lagi.
“Ini baru permulaan,” katanya sambil tersenyum. “Maluku, mari kita melangkah bersama.”
(TT-01)