Meyano Bab, MediaTifaTanimbar.id – Indikasi penyalahgunaan keuangan negara ternyata tidak hanya terkait pembangunan aset-aset pemerintah, tetapi juga disinyalir merambah masuk ke giat penyertaan dana hibah pemerintah yang menyentuh bangunan aset keagamaan.
Salah satunya adalah sebagaimana yang diutarakan 2 orang perwakilan warga desa Meyano Bab, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Fitus Turlel selaku Wakil Ketua BPD dan Ais Batcore selaku Sekretaris BPD.
Kepada wartawan media ini, keduanya mengungkapkan sekelumit permasalahan yang menyebabkan mandeknya pembangunan gereja desa Meyano Bab, Jumat, 14/3/2025.
18 Tahun Pembangunan, Tak Kunjung Usai
“Pembangunan gereja Meyano Bab sudah sejak 2007 sampai saat ini tapi belum selesai. Artinya sudah kurang lebih 18 tahun,” ujar Ais membuka pembicaraan.
Dirinya menjelaskan, sejak awal anggaran pembangunan gereja berasal dari bantuan pribadi Bapak Petrus Fatlolon.
“Pembangunan gereja Meyano Bab sejak awal 2007 sampai sebelum Bapak Petrus Fatlolon menjadi bupati, dana pembangunan berasal dari beliau. Meskipun tidak cukup lancar, tetapi kurang lebih 10 tahun, bagian dasar dan badan gereja bisa selesai,” jelasnya.
Selanjutnya, sejak tahun 2018 ketika Petrus Fatlolon menjabat Bupati Kepulauan Tanimbar, setiap tahun dana pemerintah dikucurkan untuk pembangunan gereja Meyano Bab.
“Bantuan pemerintah sejak 2018 – 2020 setiap tahun 500 juta. Artinya, kurang lebih sudah ada 1,5 milyar bantuan pemerintah yang dikucurkan ke pembangunan gereja Meyano Bab. Bahkan ada juga penyertaan anggaran dari Dana Desa 250 juta. Tetapi sampai saat ini kita tidak melihat progres pembangunan yang signifikan,” ungkapnya.
Menurutnya, kalau ditotalkan, kurang lebih bantuan pemerintah pada pembangunan gereja Meyano Bab sudah mencapai 3 milyar rupiah. Padahal, dana sebanyak itu hanya diperuntukkan untuk pembangunan menara dan balkon gereja.
“Semua anggaran pemerintah hanya untuk pembangunan menara gereja dan balkon. Itupun belum selesai. Baru 20%,” bebernya.
Akar Permasalahan
Fitus mengungkapkan akar permasalahan pembangunan gereja Meyano Bab adalah karena pengelolaan keuangan yang tidak sehat.
“Masalahnya tidak ada transparansi anggaran dari panitia pembangunan gereja sampai saat ini,” ungkapnya.
Belum lagi, struktur kepanitiaan pembangunan gereja yang sistem komandonya tidak jelas sama sekali.
“Ketua panitia Fransiskus Rumajak (sekarang Kepala Desa). Bendahara Ancelina Lamere (istri Kepala Desa). Masih ada lagi jabatan Koordinator keuangan, Bapa John Batlayeri. Karena saat itu beliau menjabat Kepala Dinas Keuangan dan Aset. Ada juga Bendahara umum, Bapa Tino Titirloloby, tapi sepertinya tidak punya peran apa-apa,” ungkap Fitus.
Dirinya menuturkan, sebagai koordinator keuangan, John Batlayeri punya peran yang sangat menentukan ada tidaknya pekerjaan di lapangan.
“Semua keuangan pembangunan gereja dipegang oleh Pa John Batlayeri. Jadi klo Bapa John tiba di kampung, baru ada pekerjaan,” jelasnya.
Langkah Penanganan
Fitus mengungkapkan bahwa permasalahan pembangunan gereja desa Meyano Bab sempat mendapat perhatian pihak DPRD Kepulauan Tanimbar.
“Tahun 2023, anggota DPRD Kepulauan Tanimbar, Ibu Ema Labobar dan Bapa Frengky Limbert sempat on the spot. Tetapi tidak ada langkah penanganan lanjut hingga saat ini,” ujar Fitus.
Lebih dari itu, BPD Desa Meyano Bab telah melayangkan laporan ke berbagai pihak pemangku kepentingan, tetapi sampai saat ini pun, tidak direspon.
“Kami sudah pernah melayangkan laporan ke DPRD, Inspektorat, Polres dan Kejaksaan. Kami berharap agar laporan kami segera ditindaklanjuti,” pintahnya.
Keluhan dan Harapan Warga
Kedua anggota perwakilan masyarakat desa Meyano Bab tersebut, meminta perhatian pemerintah agar menyikapi permasalahan ini.
“Sebenarnya kami malu, tapi kami tidak tahu lagi harus mengadu ke siapa. Gereja itu ada di pinggir jalan trans Yamdena. Artinya setiap saat menjadi tontonan setiap orang saat ke Larat atau kembali ke Saumlaki,” ujar keduanya.
Mereka menginginkan percepatan pembangunan, tapi juga berharap ada tindak tegas terhadap oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Keringat dan lelah warga sudah lebih dari cukup. Tenaga dan sumbangan material sudah kami berikan dengan harapan pembangunan gereja secepatnya selesai. Sekarang kami tidak berdaya lagi. Harapan kami hanya pada sikap tegas Pemerintah. Bapa Bupati dan Ibu Wakil Bupati, tolong kami,” pintah keduanya diakhir pembicaraan.
(TT – 06)