Saumlaki, mediatifanimbar.id – Perusahaan energi raksasa asal Jepang, INPEX Corporation, kembali melanjutkan tahapan penting dalam pengembangan proyek gas alam cair (LNG) Abadi LNG di Blok Masela, wilayah perairan kepulauan Maluku, Indonesia.
Proyek yang bernilai strategis ini menargetkan produksi pada awal tahun 2030-an, dengan keputusan investasi final (FID) direncanakan pada 2027 mendatang.
Seperti dilansir dari Upstream Online dan diberitakan kembali oleh IDN Financials pada Sabtu (19/7), INPEX telah membuka tender untuk menjaring kontraktor yang akan melaksanakan survei geofisika dan geoteknik lanjutan, baik di darat maupun wilayah pesisir.
Salah satu fokus utama dari survei tersebut adalah mendeteksi bom yang belum meledak (unexploded ordnance/UXO) di area sekitar lokasi proyek, yakni sekitar 150–180 km lepas pantai Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, di Laut Arafura.
Proyek Abadi LNG berada di bawah skema kontrak kerja sama produksi (PSC) dan akan memanfaatkan cadangan gas triliunan kaki kubik. Gas dari Blok Masela nantinya akan dialirkan melalui pipa menuju fasilitas LNG darat berkapasitas 9,5 juta ton per tahun yang akan dibangun di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar.
Selain untuk ekspor, proyek ini juga diproyeksikan menyuplai hingga 150 juta kaki kubik gas per hari untuk kebutuhan pasar domestik Indonesia.
Tiga perusahaan besar terlibat dalam proyek ini, yakni: INPEX Masela Ltd (pemegang 65% saham), PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%), Petronas Sdn. Bhd (12%).
CEO INPEX, Takayuki Ueda, dalam wawancara bulan Juni 2025 lalu menyampaikan bahwa perusahaan tengah mengevaluasi penawaran untuk pekerjaan front-end engineering and design (FEED).
Cakupan pekerjaan ini meliputi pembangunan fasilitas pencairan gas di darat serta kapal Floating Production, Storage and Offloading (FPSO).
INPEX juga sedang mencari konsultan yang dapat membantu menghitung estimasi biaya modal proyek secara lebih akurat.
Dengan progres ini, INPEX menunjukkan keseriusan mereka dalam merealisasikan potensi gas Blok Masela, yang ke depannya diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi signifikan bagi masyarakat Kepulauan Tanimbar, Maluku, dan Indonesia pada umumnya.
(TT-01)