Saumlaki, mediatifatanimbar.id – Polres Kepulauan Tanimbar, Rabu malam (15/5/2025), didatangi sejumlah warga yang tidak puas atas dugaan penganiayaan terhadap dua warga sipil asal Desa Olilit Raya, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Kejadian tersebut dilaporkan terjadi sekitar pukul 20.30 WIT.
Peristiwa bermula ketika tiga warga sipil, yakni Hila Snyeramwain (HS), Stanislaus Kuway (SK), dan Petrus Oratmangun (PO), mendatangi Rumah Makan Baroka yang beralamat di Saumlaki, jalan Mgr. Soegiopranoto untuk menemui seorang perempuan bernama Rista. Mereka bermaksud menanyakan penagihan sebuah sepeda motor Yamaha Scootermatic.
Menurut keterangan HS dan PO, mereka sempat menyarankan agar motor tersebut dibawa dan diamankan di Polres agar diproses sesuai hukum.
“Sabar, saya telpon kakak-kakak dari Lanal dulu,” ujar PO mengutip perkataan Rista.
Saat Rista menelepon, HS dan PO mengaku tidak memahami percakapan karena berlangsung dalam bahasa Jawa. Tak lama kemudian, tiga anggota Lanal Saumlaki muncul: Kapten PM Ahmad Mayuda (Kapten Kepala), Afif (Kelasi Kepala Mesin), dan Firdaus (Kelasi Kepala POM).
Menurut PO, setibanya di lokasi, Kapten Mayuda memerintahkan anak buahnya menutup pintu seraya mengeluarkan ancaman.
“Tutup pintu, kita matiin mereka bertiga di sini,” kata PO mengutip ucapan sang Kapten.
HS sempat meminta izin untuk menghubungi pihak leasing di Jakarta, namun langsung dimarahi.
“Matiin HP,” bentak Kapten sambil merebut ponsel dari tangan HS dan melemparkannya ke meja. Ia kemudian memeriksa dokumen leasing dan menyebutnya tidak sah.
Kekerasan fisik mulai terjadi ketika dua anggota Lanal, Afif dan Firdaus, memegangi tangan HS, lalu Kapten Mayuda memukulnya. Setelah itu, ketiganya secara bergantian memukuli HS.
Sementara itu, SK juga mendapat kekerasan. Sebuah helm dibanting ke kepalanya oleh salah satu oknum. Ketiga anggota Lanal lalu memaksa memborgol HS menggunakan borgol jari.
“Saat mau diborgol, beta (saya) melawan. Tapi karena beta sudah capek, mereka akhirnya berhasil memborgol saya,” jelas HS.
Setelah diborgol dengan posisi tangan di belakang, aksi pemukulan terus berlanjut.
“Pukul sampai jatuh dari trap-trap,” tambah PO.
Puncaknya, Kapten Mayuda mencekik leher HS hingga korban tak sadarkan diri. Setelah sekitar satu menit, HS sadar dan meminta air minum. Namun usai minum, ketiganya kembali memukul HS secara membabi buta.
PO yang ketakutan mencoba mencari jalan keluar.
“Beta alasan mau ke belakang buang air kecil. Setelah itu, beta loncat pagar dan lari ke Kompi Brimob untuk mengamankan diri dan melapor kejadian,” jelasnya.
Beberapa saat kemudian, keributan di rumah makan tersebut didengar oleh pihak Polres yang kemudian mengamankan para korban ke Pos Penjagaan Polres Kepulauan Tanimbar.
Dalam rekaman video yang diambil wartawan di SPKT Polres, Kapten Mayuda membantah telah melakukan pemukulan terhadap HS.
“Mohon maaf. Saya datang, mereka sudah di dalam. Internal bisa diselesaikan dengan duduk baik-baik, itu lebih baik. Tidak ada yang pukul atau menekan dia. Tapi yang bersangkutan pegang telepon, jalan ke sana ke mari,” ujar Mayuda.
Ia mengklaim surat leasing yang dibawa tidak mencantumkan nama HS sebagai pihak yang berwenang menagih, sehingga merasa perlu mengamankan situasi.
“Saya menduga ada yang mempergunakan ini. Makanya saya amankan dulu, lalu lapor ke sini (Polres) sampai ada polisi datang,” tambahnya.
Ketika wartawan menanyakan bagaimana cara dirinya mengamankan HS, Kapten menjawab, “Saya borgol.”
Lalu ia balik bertanya, “Kalau dia kabur, bagaimana?” seolah membenarkan tindakannya.
Namun, saat ditegaskan bahwa dirinya bukan prajurit biasa melainkan seorang Kapten, Mayuda akhirnya meminta maaf.
“Sampean bukan prajurit biasa. Eman lo, eman,” kata wartawan.
“Mohon maaf,” ucap Mayuda kemudian, seolah menyadari kesalahannya.
Sejumlah warga yang hadir di Mapolres Kepulauan Tanimbar mengaku heran dan menyebut peristiwa ini ironi, karena kehadiran aparat TNI dalam konflik antarwarga sipil seharusnya netral dan mengedepankan penyelesaian yang adil.
Namun, mereka heran karena yang terjadi justru tindakan brutal terhadap warga yang dilakoni oleh aparat keamanan yang semestinya mengayomi warga.
Di kesempatan itu, Kapolres Kepulauan Tanimbar AKBP. Umar Wijaya melakukan pertemuan tertutup dengan Komandan Pangkalan TNI AL Saumlaki Letkol Laut (P) I Made Ardyan Budi dan Komandan Kodim 1507/Saumlaki Letkol Inf. Hendra Suryaningrat di ruangan kerja Kapolres.
Pihak wartawan yang meliput penanganan persoalan ini tak sempat bertemu dan meminta penjelasan ketiga pimpinan tersebut.
Kasie Humas Polres Kepulauan Tanimbar, Iptu. Olof Batlayery menyatakan, persoalan tersebut telah berhasil diselesaikan.
“Berdasarkan informasi dari KBO Reskrim, Pak Simon Nusmese, kedua bela pihak sepakat untuk berdamai tadi malam” katanya.
(TT-04)
Saumlaki, mediatifatanimbar.id – Komisariat Cabang (Komcab) Pemuda Katolik Kabupaten Kepulauan Tanimbar menyatakan dukungannya terhadap kegiatan…
Saumlaki, mediatifatanimbar.id - Penataan birokrasi yang dilakukan oleh Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Tanimbar, Ricky…
Arui Bab, mediatifatanimbar.id - Penyaluran bantuan sosial (bansos) tahun 2025 di Kabupaten Kepulauan Tanimbar tak…
Kelaan, mediatifatanimbar.id – Pemerintah Desa (Pemdes) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Kelaan, Kecamatan Tanimbar…
Saumlaki, mediatifatanimbar.id – Kedatangan Pastor Geehardus Jozef Antonius Egging, MSC, seorang misionaris berusia 80 tahun…
Saumlaki, mediatifatanimbar.id - Kepolisian Resor (Polres) Kepulauan Tanimbar terus berupaya melakukan berbagai kegiatan guna menciptakan…