Saumlaki, mediatifatanimbar.id – Vikaris Episkopal Kevikepan Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, RD Ponsianus Ongirwalu, menegaskan pentingnya peran tokoh awam dan kaum muda dalam mewujudkan masyarakat yang taat beragama, rukun, cerdas, dan sejahtera lahir maupun batin.
Hal ini disampaikan dalam sambutannya pada kegiatan Lokakarya Teologi tahun 2025 dengan tema : silaturahmi bertajuk Penguatan Tokoh Awam, yang berlangsung di Aula Natar Kaumpu, Saumlaki, Sabtu (10/5/2025).
Dalam sambutannya, Pastor Ponsio—sapaan akrabnya, menyampaikan harapan agar kegiatan ini membawa dampak positif bagi masyarakat, terutama umat Katolik di bumi Duan Lolat.
Ia juga menegaskan bahwa tali silaturahmi antarumat harus selalu dijaga dan dipelihara.
“Penguatan peran tokoh awam dan kaum muda dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari upaya menciptakan masyarakat yang rukun dan damai. Pemerintah dan Gereja perlu bersinergi untuk mewujudkan tujuan luhur ini,” ujar RD Ponsio.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa agama Katolik adalah agama cinta kasih yang membawa damai bagi seluruh makhluk, jauh dari segala bentuk kekerasan.
Dalam konteks kehidupan masyarakat Tanimbar yang multikultural dan multireligius, perbedaan suku, bahasa, dan agama bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan dasar pijakan menuju kehidupan yang saling memahami dan menghargai.
“Pluralisme bukan hanya menerima perbedaan, tetapi menjadikannya pandangan hidup yang mendorong keharmonisan dan persatuan. Namun, pluralitas ini juga bisa menjadi titik rawan jika tidak disikapi dengan bijaksana,” jelasnya.
RD Ponsio mengingatkan bahwa sejarah bangsa Indonesia telah mencatat berbagai konflik yang berkaitan dengan kehidupan beragama, meski akar masalahnya sering kali bukan soal agama itu sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan upaya serius dari semua pihak, baik secara konstitusional maupun kultural, untuk menjaga kerukunan hidup umat beragama.
Ia merujuk pada konstitusi negara yang menegaskan kebebasan beragama serta hasil sidang MPR RI tahun 1998 yang menekankan pentingnya membina kerukunan dan pemberdayaan jaringan kerja antarumat beragama.
Upaya lainnya termasuk membangun kesadaran bersama tentang titik temu dalam nilai-nilai esoteris antaragama sebagai dasar membangun kehidupan yang harmonis.
“Jika masyarakat tidak rukun, pembangunan tidak akan berjalan. Maka dari itu, mari kita tingkatkan peran tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan kaum muda sebagai garda terdepan dalam menjaga persatuan,” tuturnya.
Mengakhiri sambutannya, RD Ponsio mengajak seluruh peserta untuk terus menimba ilmu, menjadi teladan di tengah masyarakat, dan tetap membuka diri terhadap ajaran agama lain tanpa kehilangan jati diri iman masing-masing.
“Jadilah pribadi yang bermanfaat. Mari kita terus belajar dan menjadi duta damai di mana pun kita berada,” tutupnya.
(TT-01)