Saumlaki, MediaTifaTanimbar.id – Kehadiran proyek investasi minyak dan gas Abadi Blok Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, yang kini memasuki tahapan pembebasan lahan pada tahun 2025, mendapat perhatian luas dari publik.
Salah satu aktivis muda Tanimbar, Anders Luturyali, kepada wartawan media ini, Senin (10/2/2025), menyoroti aktivitas perusahaan INPEX Ltd., yang menurutnya dalam beberapa tahapan proyek justru cenderung mengabaikan SDM lokal Tanimbar dan lebih memprioritaskan tenaga kerja dari luar daerah.
“Kami melihat ada kesan pembiaran sehingga tenaga kerja luar begitu banyak pada setiap tahapan proyek yang dilakukan pihak INPEX di Tanimbar, sementara masyarakat lokal diabaikan,” ungkap Anders.
Ia mencontohkan tahapan survei yang dilakukan oleh PT Taka Hydrocore, yang bertanggung jawab atas survei G&G di Desa Lermatan, Kecamatan Tanimbar Selatan. Menurutnya, tenaga kerja lokal yang dilibatkan hanya sedikit, sedangkan mayoritas pekerja didatangkan dari luar daerah.
“Saya bukan alergi dengan kehadiran tenaga kerja dari luar Tanimbar, tapi saya tidak setuju kalau SDM Tanimbar diabaikan. Kita juga bisa lihat saat ini, kantor perwakilan INPEX di Tanimbar yang ada di Hotel Galaxy Saumlaki dihuni oleh mereka yang bukan orang Tanimbar. Ini kan miris,” cetusnya.
Anders dengan tegas menolak banyaknya tenaga kerja dari luar dan mendesak pihak perusahaan serta Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar untuk tidak menutup mata terhadap kondisi ini.
“Pihak perusahaan sering memberikan alasan terkait kualitas sumber daya manusia. Saya anggap itu alasan yang dibuat-buat,” cetusnya.
Sikap aktivis Pemuda Mandrwiak ini bukan tanpa alasan. Ia memastikan bahwa SDM Tanimbar telah siap untuk berkontribusi dalam seluruh tahapan pembangunan investasi minyak dan gas Abadi Blok Masela.
“Tanimbar dalam beberapa tahun terakhir, sejak era Bupati Bitzael S. Temmar dan Petrus Fatlolon, telah melakukan kerja sama dengan Politeknik Energi dan Mineral Akamigas (PEM Akamigas) Cepu, Jawa Tengah, untuk menyekolahkan putra-putri Tanimbar di sana. Kalau setiap tahun ada sekitar 20–30 anak yang disekolahkan, itu berarti saat ini kita punya sekitar 300-an anak Tanimbar yang siap masuk lapangan kerja perusahaan INPEX Ltd. terkait pembangunan Blok Masela,” ujarnya.
Sebagai pemerhati sosial, Anders menyayangkan kondisi ini. Menurutnya, ratusan lulusan PEM Akamigas dari Tanimbar kini menjadi “pengangguran profesional” di tanah kelahirannya sendiri.
Belum lagi, Pemerintah Daerah Kepulauan Tanimbar baru saja mengirim 10 lulusan hasil seleksi juru las (welder) atas kerja sama dengan PT Petrotekno untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di Batam.
“Bagaimana nasib mereka semua ke depan jika kondisi ini terus dibiarkan? Akankah mereka menambah daftar pengangguran profesional usai pelatihan nanti?” kesal Anders.
Ia pun meminta Pemda Kepulauan Tanimbar bersama DPRD untuk bersikap tegas dan segera mengambil langkah konkret.
“Pemerintahan baru bersama DPRD harus secepatnya mengambil langkah tegas. Harus ada Peraturan Daerah (Perda) terkait Pekerja Lokal agar dapat segera diimplementasikan demi masa depan anak-anak Tanimbar yang lebih baik,” tegasnya.
Menutup penyampaiannya, Anders juga mengimbau agar Pemda mewajibkan semua perusahaan yang berinvestasi di Blok Masela untuk memiliki kantor operasional di Tanimbar.
Terhadap hal ini, redaksi Tifa Tanimbar melakukan penelusuran terkait perkembangan terkini. Menurut informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, aktivitas proyek LNG Abadi Blok Masela saat ini masih berada pada tahap survei Geologi dan Geofisika (G&G), yang berarti kegiatan di lapangan masih terbatas.
Namun, meski masih dalam fase awal, proyek ini telah merekrut banyak tenaga kerja lokal sebagai bagian dari komitmen pemberdayaan masyarakat setempat. Rekrutmen tenaga kerja lokal telah dilakukan sejak tahap survei G&G dan jumlah tenaga kerja lokal yang telah direkrut hampir berimbang dengan jumlah tenaga kerja dari luar daerah.
Selain perekrutan tenaga kerja, proyek LNG Abadi juga tengah mempersiapkan masyarakat di desa-desa “ring 1” agar dapat menjadi pebisnis lokal di masa depan.
Diketahui, inisiatif ini bertujuan untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi dari proyek abadi ini dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, tidak hanya dalam bentuk lapangan pekerjaan tetapi juga sebagai peluang usaha yang berkembang seiring dengan proyek.
Kendati demikian, sebagai proyek berisiko tinggi (high risk), LNG Abadi membutuhkan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah. Kolaborasi menjadi faktor kunci dalam memastikan kelancaran proyek, mengingat masih banyak tantangan yang akan muncul dalam proses ke depan.
(TT-06)