Saumlaki, MediaTifaTanimbar.id – Kerusakan hutan di wilayah hulu Kabupaten Kepulauan Tanimbar telah membawa dampak nyata yang menghantui kehidupan masyarakat di hilir. Salah satu bencana yang paling dirasakan adalah kekeringan air bersih. Ini adalah sebuah ironi pahit di wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Hutan yang seharusnya menjadi penjaga siklus hidrologi kini berubah menjadi sumber malapetaka akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Pembalakan liar, alih fungsi lahan, dan eksploitasi sumber daya alam tanpa kendali telah menyebabkan kerusakan ekosistem yang parah. Hutan yang rusak kehilangan kemampuannya untuk menyerap dan menyimpan air. Ketika musim hujan datang, air hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah langsung mengalir ke sungai, sering kali membawa risiko banjir. Sebaliknya, saat musim kemarau, daerah hilir menderita kekeringan karena tidak ada cadangan air yang cukup.
Air Bersih: Krisis di Hilir yang Memukul Kehidupan
Kekeringan air bersih telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Kepulauan Tanimbar. Warga harus berjalan jauh untuk mendapatkan air, sementara sebagian lainnya terpaksa membeli dengan harga yang mahal. Kondisi ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat.
Krisis ini mengungkapkan hubungan sebab-akibat yang tidak bisa diabaikan: hutan yang rusak di hulu adalah akar masalah. Ketika tutupan hutan berkurang, fungsi ekologisnya sebagai penjaga siklus air dan pencegah erosi tanah ikut lenyap. Ini adalah harga yang harus dibayar akibat kurangnya kesadaran dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Tanggung Jawab Bersama: Menyelamatkan Hutan, Menjamin Air Bersih
Mengatasi krisis ini memerlukan tindakan nyata yang melibatkan semua pihak. Pemerintah daerah harus memperkuat pengawasan terhadap aktivitas ilegal di kawasan hutan. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu terhadap pelaku pembalakan liar dan perusakan hutan lainnya.
Selain itu, diperlukan upaya penghijauan atau reboisasi secara masif untuk memulihkan hutan yang telah rusak. Program ini harus melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian dari solusi, mengingat mereka adalah pihak yang paling terdampak sekaligus paling diuntungkan dari keberlanjutan hutan.
Kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan melalui edukasi dan kampanye tentang pentingnya menjaga hutan. Hutan bukan hanya milik generasi sekarang, tetapi juga warisan bagi generasi mendatang. Kearifan lokal yang menghormati alam harus kembali dihidupkan sebagai panduan hidup masyarakat Kepulauan Tanimbar.
Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan
Kerusakan di hulu yang menyebabkan bencana di hilir adalah peringatan keras bahwa kita harus berubah. Jika tidak, siklus bencana ini akan terus berulang, dengan dampak yang semakin parah. Menyelamatkan hutan di Kepulauan Tanimbar bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Kita patut memberi aplaus bagi Yayasan Sor Silai Tanimbar. Lembaga non profit ini terus menyibukkan diri dengan aksi-aksi sadar lingkungan dan gebrakan yang menukik naluri.
Langkah – langkah tegas dan terukur telah dilakukan oleh Yayasan Sor Silai Tanimbar dalam berkolaborasi dengan sejumlah lembaga swasta seperti Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) INPEX Masela Ltd dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Dengan langkah-langkah yang tepat dan kolaborasi yang kuat, hutan di hulu bisa dipulihkan, dan krisis air bersih di hilir dapat diatasi. Menjaga alam adalah tanggung jawab bersama, dan tindakan hari ini akan menentukan apakah kita akan terus memanen bencana atau mulai menuai keberkahan dari alam yang lestari.
Salam
TT : Redaksi