Wow.. Blok Masela Resmi Masuki Tahap FEED. Ini Penjelasannya.

August 4, 2025
IMG-20250804-WA0053

Saumlaki, mediatifatanimbar.id – Proyek LNG Abadi di Blok Masela resmi memasuki tahap Front-End Engineering and Design (FEED). Pengumuman ini disampaikan oleh INPEX Corporation (INPEX) melalui anak perusahaannya INPEX Masela, Ltd. selaku operator, mewakili mitra joint venture-nya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd.

Pengumuman memulai tahap Front-End Engineering and Design (FEED) untuk Proyek LNG Abadi di Blok Masela, Indonesia ini resmi diumumkan dari Jepang hari ini, Senin (4/8/2025).

Dalam siaran pers yang dikirim oleh Puri Minari, Senior Manager Communication and Relations INPEX  kepada Tifa Tanimbar menyebutkan, tahap FEED merupakan fase penting untuk meninjau dan menetapkan spesifikasi fasilitas yang memproses hidrokarbon dari Lapangan Gas Abadi, serta pabrik LNG Darat (OLNG).

Pekerjaan FEED dibagi menjadi empat paket utama, yakni: OLNG (Onshore LNG Plant), FPSO (Floating Production Storage and Offloading), SURF (Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines), dan GEP (Gas Export Pipeline). Dikatakan, INPEX telah menetapkan kontrak untuk paket SURF, GEP, dan FPSO. 

Menariknya, untuk FPSO dan OLNG digunakan metode dual FEED yakni dua konsorsium kontraktor mengerjakan desain secara bersamaan namun terpisah. Paket kontrak FPSO akan menggunakan metode “dual FEED”, yaitu melibatkan dua konsorsium kontraktor yang bekerja secara bersamaan namun terpisah untuk menciptakan tender yang kompetitif. 

Melalui metode ini, pekerjaan Front-End Engineering Design (FEED) dan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) akan diberikan kepada konsorsium yang sama, di mana pelaksanaan EPC akan diberikan kepada konsorsium yang menyampaikan penawaran EPC yang terbaik dari sisi teknis dan komersial setelah menyelesaikan jasa FEED. 

Metode dual FEED ini juga akan diterapkan untuk paket kontrak OLNG, di mana pemilihan kontraktor dan finalisasi kontrak akan dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. 

Intinya, kontraktor dengan penawaran terbaik dari sisi teknis dan komersial setelah menyelesaikan FEED akan dipilih untuk melaksanakan tahap Engineering, Procurement, and Construction (EPC).

Kontribusi Besar bagi Energi dan Ekonomi

Proyek LNG Abadi diproyeksikan memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, setara lebih dari 10 persen impor LNG tahunan Jepang. Selain itu, proyek ini akan menyuplai gas pipa untuk pasar domestik dan menghasilkan hingga 35.000 barel kondensat per hari.

Dengan cadangan gas yang besar, efisiensi pengembangan, dan integrasi teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), proyek ini diharapkan memberikan pasokan energi bersih yang stabil dalam jangka panjang. 

INPEX menegaskan, pelaksanaan FEED menjadi langkah strategis untuk mendukung ketahanan energi Indonesia, Jepang, dan negara-negara Asia lainnya.

Bagi Indonesia, khususnya wilayah timur seperti Kabupaten Kepulauan Tanimbar, proyek ini diharapkan memberi kontribusi ekonomi signifikan, baik dari lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, maupun pemberdayaan masyarakat.

Melalui proyek ini, INPEX juga menyatakan dukungan pada visi net zero emisi CO₂ Indonesia tahun 2060. Hal ini sejalan dengan INPEX Vision 2035 yang memprioritaskan pengurangan emisi gas rumah kaca, ekspansi bisnis gas alam, dan pengembangan energi bersih berkelanjutan.

Fakta Proyek Lapangan Gas Abadi

Dalam siaran pers ini, dijelaskan pula tentang kondisi eksisting Proyek Lapangan Gas Abadi.

Disebut, jangka waktu PSC: Hingga 15 November 2055, Luas Wilayah Kontrak: ± 2.503 km², berada di kedalaman laut 400–800 meter, berada di lokasi 170–180 km barat daya Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dengan kapasitas produksi adalah 10,5 juta ton setara LNG per tahun termasuk sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun dan pasokan gas pipa lokal hingga sekitar 35.000 barel kondensat per hari.

Disebutkan pula, partisipasi kepemilikan saham dalam proyek ini terperinci sebagai berikut: INPEX Masela, Ltd. (Operator) memiliki 65%, PT Pertamina Hulu Energi Masela – 20% dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd. – 15%.

Proyek ini telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Juni 2017 dan sebagai proyek infrastruktur prioritas pada September 2017.

Tentang Kontrak FEED

Ada tiga kontraktor FPSO (Dual FEED) yaitu PT Technip Engineering Indonesia (utama), PT Technip Indonesia, PT JGC Indonesia (konsorsium). Kemudian, PT Saipem Indonesia (utama), PT Tripatra Engineers & Constructors, PT Tripatra Engineering, PT McDermott Indonesia (konsorsium). Lingkup pekerjaan para kontraktor adalah meninjau dan menetapkan spesifikasi fasilitas produksi lepas pantai.

Untuk Gas Export Pipeline (GEP) dilaksanakan oleh PT Worley SEA Indonesia yang melaksanakan pekerjaan: meninjau dan menetapkan spesifikasi GEP dari FPSO ke OLNG. Sementara, SURF akan dikerjakan oleh PT Worley SEA Indonesia dengan lingkup pekerjaan adalah meninjau dan menetapkan spesifikasi SURF.

Sebagaimana diketahui, INPEX adalah perusahaan eksplorasi dan produksi (E&P) terbesar di Jepang, dan saat ini terlibat dalam pengembangan dan operasi proyek minyak dan gas bumi di seluruh dunia.

“Kami berkomitmen untuk berkontribusi demi masa depan yang lebih cerah melalui penyediaan energi secara berkelanjutan,” kata Puri Minari.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Puri katakan bahwa INPEX turut mengembangkan berbagai solusi rendah karbon seperti penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), hidrogen, serta pasokan listrik terintegrasi, sekaligus terus menjajaki berbagai peluang baru dalam lanskap energi yang terus berkembang.

(TT-01)

RELATED POSTS

error: Content is protected !! Call : PT. MediaTifa Tanimbar
Hubungi Kami ?